™ Traveler Pemulung Sampah Yose Rizal,

Jannet Juli 17, 2017
Yose Rizal, Traveler Pemulung Sampah
Yose Rizal, Traveler Pemulung Sampah. Foto dokumentasi pribadi Yose Rizal/Rappler

—Rappler.com apa yang dapat kita berikan untuk alam," ucapnya sembari pulang. "Alam telah memberikan keindahannya kepada kita,

Senyum masih merekah di wajahnya begitu sampah itu dibuang ke tempat pembuangan sampah. Namun Yose tidak terlihat lelah saat pulang dari Lingkok Kuwieng di pedalaman hutan Pidie dengan jalur yang terjal. Tas terikat sampah di belakang dan beban yang dibawa pulang bertambah banyak.

tapi di semua tempat kita harus peduli dengan tidak membuang sampah sembarangan," kata Yose. Baiknya memang jangan di tempat wisata alam saja, terutama masalah kebersihan. "Saya harap semua kita sudah seharusnya sadar betapa pentingnya kepedulian terhadap tempat wisata alam,

hendaklah sampah plastik yang dibawa ke lokasi agar diboyong pulang," lanjutnya. "Jika pun berwisata alam ke pedalaman hutan, minimal tidak membuang sampah sembarangan. Ia berharap semua orang tergerak hatinya untuk mengikut jejaknya,

berarti Anda anggota GPS," jelasnya. "Kalau Anda peduli terhadap lingkungan terutama di tempat wisata, Yose beranggapan GPS itu ada di diri orang masing-masing. Ia menolak menyebut GPS itu sebuah komunitas. Namun dirinya mengistilahkan kegiatannya itu dengan Gerakan Peduli Sampah (GPS).

Hal itu semua inisiatif yang timbul dari dirinya karena kekhawatiran banyaknya sampah bertebaran di tempat wisata alam. Yose mengaku tidak terikat dalam suatu komunitas atau lembaga apapun untuk melakukan kegiatannya.

Akunnya itu pun sudah diikuti oleh puluhan ribu orang setelah foto-foto kutip sampah diunggah. ditakutkan akan hilang keindahannya," ujar pemilik akun Instagram @yose8rz. orang pun tau bahwa tempat wisata itu sangat kotor, Dengan saya posting foto atau video itu, orang-orang akan tergerak untuk peduli terhadap lingkungan. "Saya menginginkan kegiatan seperti ini akan menjadi trend di media sosial dan dari video seperti ini,

Yose selalu memfoto atau membuat video untuk diunggah ke media sosial. Dari apa yang dilakukannya, Yose sengaja menyangkut sampah hasil pungutan di tas miliknya karena alasan agar lebih praktis saat mengangkut pulang.

saya memutuskan untuk memungut sampah itu sebanyak yang sanggup saya angkut pulang," kata pria berambut gondrong itu. Oleh karenanya, "Saya sering kali ke tempat wisata dan di setiap tempat yang saya kunjungi pasti ada sampah.

Selanjutnya mengaitkan sampah-sampah itu di tas lalu mengangkutnya pulang. Yose kemudian mengumpulkan sampah di sana. Berawal dari kekhawatiran banyaknya sampah di puncak Burni Telong,

Aceh. Kabupaten Bener Meriah, Yose memulai kegiatan mengumpulkan sampah dan membawa pulang dari tempat wisata alam sejak 10 Januari 2016 di pendakian gunung Burni Telong,

Kalau dipikirkan memang iya apa yang saya lakukan betul-betul gila," kata Yose. santai saja. sekali pun tidak pernah marah, "Saya kalau diejek teman, kritikan yang miris juga pernah Yose terima. Bukan hanya saran,

Kalau menumpuk sampah dalam tong sampah kan sama juga tidak ada hasilnya," lanjut mahasiswa Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala itu. tetapi kalau sudah penuh siapa nanti yang bertugas membawa sampah itu ke kota (tempat pembuangan sampah). Oke lah meletakkan tong sampah di tempat wisata alam, memang solusi dia tidak salah. "Saya bilang,

Yose tetap ramah menjawab saran tersebut. Namun, Seperti meletakkan tong sampah di tempat wisata alam. warga yang melihat aksi Yose mengaitkan sampah di tasnya untuk dibawa pulang juga menyarankan hal lain. Selain bakar,

apalagi yang dibakar adalah plastik," ujar pria 24 tahun itu kepada Rappler akhir pekan lalu. Saya jawab membakar sampah tetap meninggalkan bekas, kenapa tidak dibakar saja? "Pernah ada orang bertanya kepada saya,

Kebanyakan tempat yang dijajaki Yose adalah lokasi wisata berada di pedalaman hutan dan sulit dijangkau dengan payahnya infrastruktur ke sana. Yose sudah melakukan hal tersebut di sejumlah tempat wisata alam. Bukan hanya Lingkok Kuwieng,

itu kemudian mengangkut sampah tersebut untuk dibawa pulang dan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Kecamatan Pidie, pria asal Desa Masjid Runtoh, Setelah selesai dikaitkan di tas,

meskipun dibakar sampah plastik tetap menyisakan bekas yang sulit terurai oleh tanah. menurutnya, Sebab, Ia tidak membakar sampah tersebut di hutan. Sampah plastik itu nantinya akan dibawa pulang Yose dan dibuang ke tempatnya.

beberapa botol minuman bekas pun turut dikaitkan dengan seutas tali di bagian atas tas miliknya. Tidak hanya kantong kresek berisi sampah plastik, Selanjutnya Yose mengaitkan kantong kresek itu di bagian belakang tas miliknya. Kantong-kantong kresek itu pun diletakkan di suatu tempat.

kini terlihat bersih. yang awalnya berserakan sampah plastik, Aceh, berada di pedalaman hutan Pidie, Tempat wisata alam Lingkok Kuwieng, lima kantong kresek telah penuh terisi sampah plastik. Berselang satu jam,

Yose Rizal berulang kali membuka tas miliknya mengambil kantong kresek lain. Tidak hanya satu kantong kresek, Sejurus kemudian Yose Rizal memasukkannya ke dalam kantong kresek. Satu persatu sampah plastik diambil.

ia terus meraba sampah plastik yang berserakan di tebing bebatuan Lingkok Kuwieng. Dengan sigap, Tangan kanannya tak pernah diam. Isinya berupa plastik bekas bungkusan makanan ringan dan puntung rokok. Dari tangan kirinya sebuah kantong kresek merah dijinjing. Yose Rizal tampak sibuk.

Yose Rizal, Traveler Pemulung Sampah
Yose Rizal bersama rekannya di Gerakan Pemungut Sampah (GPS). Foto dokumentasi Yose Rizal

******

Dia terus mengampanyekan kegiatan itu dengan mengunggah foto atau video di media sosial agar semua orang tergerak mengikuti jejaknya. semangatnya tidak pernah padam. Meskipun diremehkan, ia sempat dianggap 'gila' oleh teman-temannya. Karena kegiatannya itu,

seorang traveler bernama Yose Rizal di Kabupaten Pidie kerap melakukan perjalanan ke tempat wisata untuk mengumpulkan sampah lalu membawanya pulang. Bermula dari kekhawatiran rusaknya keindahan tempat wisata alam dan lingkungan pedalaman hutan karena sampah plastik,

Aceh. seperti di Alam Lingkok Kuwieng yang terletak di pedalaman hutan Kabupaten Pidie, tapi juga di tempat wisata, Tidak hanya di perkotaan, Indonesia — Sampah memang menjadi masalah pelik. PIDIE,


Source: Rappler.com

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.